MEDAN, Kedannews.com – DPRD Sumatera Utara melalui Komisi B minta pengelola taman wisata alam di Sumut khususnya Bukit Lawang ditata kelola dengan baik dan menggandeng warga sekitar terlibat dalam mempromosikan, sekaligus dapat menambah ekonomi sebagai pendapatan mata pencaharian.
Hal ini diungkapkan Ketua Komisi B DPRD Sumut Dhodi Thaher ketika memimpin rapat dengar pendapat dengan Balai Besar TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut, Pengelola Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) dan Taman Primata Sibaganding, Senin (8/2/2021) di gedung dewan.
Dalam rapat yang dihadiri sekretaris dan anggota Komisi B, antara lain Ahmad Hadian, Leonard S Samosir, Tuani L Tobing, Sugianto Makmur, selanjutnya Dhodi Thaher menyembutkan, warga masyarakat sekitar taman wisata alam berharap ada manfaat atau pendapatan yang mereka perolah dari pengunjung-pengunjung yang datang berwisata.
“Misalnya sesuatu hasil bumi atau kerajinan dari daerah wisata yang bisa dijual untuk menambah matapencaharian mereka. Hanya saja mereka harus dikelola dan ditata dengan baik, agar lingkungan hutan dan cagar alam tidak rusak,” ujar Dhodi menyarankan.
Karena, lanjut Sekretaris FP Golkar DPRD Sumut ini, sekarang ini pengunjung ke Bukit Lawang misalnya, kesannya untuk menginap dan mandi-mandi, bukan lagi fokus ke wisata alam melihat orang hutan. “Pengelola juga haendaknya menata areal batas pengunjung agar tidak mengganggu habitat Orang Hutan maupun Harimau Sumatera yang ada di dalam hutan wilayah Bahorok Bukit Lawang, karena yang perlu diantisipasi monyet-monyet, semua jenis binatang yang ada di dalam hutan tidak lepas yang bisa membahayakanmasyarakat,” ujarnya.
Anggota Komisi B Sugianto Makmur mengapresiasi kerja keras pengelola satwa alam liar di kawasan taman wisata maupun taman nasional di lapangan, seperti menangani Harimau Sumatera yang sempat masuk kampung di beberapa daerah, telah dilakukan dengan baik, termasuk lahirnya bayi gajah di wisata alam Tangkahan.
Di dalam hutan khususnya di Sumut, lanjut Sugianto Makmur dari dapil Binjai-Langkat ini, tidak hanya tersembunyi satwa liar, seperti Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Orang Hutan dan lainnya, tapi juga banyak tanaman obat untuk jamu-jamuan yang bisa dimanfaatkan dan diolah untuk kesehatan.
“Tanaman obat-obatan dan jamu-jamuan yang tumbuh di dalam hutan mungkin bisa dilakukan riset, karena memiliki nilai tinggi dan berpotensi, sehingga perlu dilakukan edukasi terhadap tanaman jamu-jamuan tersebut,” ujar Sugianto menyarankan.
Menurut Ahmad Hadian, hebatnya sebuah produk, kalau tidak dipromosikan, tidak akan dikenal, tetapi biar produknya sederhana, kalau dipromosikan tentu akan lebih dikenal. Untuk mendukung pengembangan promosi, diperlukan kerja sama lintas sektor di satuan vertikal dengan OPD terkait di Pemprovsu mempromosikan di bandara internasional Kualanamu dan tempat strategis lainnya di Sumut.
Kepala Balai BPP LH dan Inovasi Pratiara SHut membenarkan pihaknyha memerlukan dukungan dan sinergitas dengan Pemprovsu untuk mempromosikan taman wisata itu, terutama selama Covid-19, taman wisata alam mengalami sepi pengunjung.
Demikian halnya Kepala BB TNGL Jefri mengakui, vandemi covid-19 merubah semuanya, termasuk pengunjung dalam melakukan aktivitas di Bukit Lawang, seperti pengamatan orangutan Sumatera, jelajah hutan/trekking, birdwatching, berkemah, mandi sungai dann tubbing mengalami penurunan.
Terkait kemunculan Harimau Sumatera di kampong-kampung, Jefri mengakui kemunculan harimau ditahun 2020 lebih tinggi dibanding tahun 2019, karena harimau yangmuncul itu biasanya harimau remaja yang baru belajar mencari mangsa sendiri dilepas induknya. “Begitu masuk kampung, ketemu sapi dan kambing langsung diterkam. Alternatif lain, munculnya harimau masuk ke kampung, karena binatang terkaman seperti babi hutan sudah mulai langka, sehingga harimau tersebut termasuk keluar,” ujarnya. (mis)