Batu Bara, kedannews.com – Puluhan ribu nasib nelayan tradisional di Kabupaten Batu Bara semakin memprihatinkan. Angka kemiskinan para nelayan tradisional semakin meningkat, karena penghasilan semakin menurun, akibat banyaknya terumbu karang yang rusak.
Demikian pernyataan Ketua Persatuan Nelayan Tradisional Batu Bara (Pentab), Zulkifli Sihotang, kepada wartawan kedannews.com. Rabu (06/04/2021.
Momen Hari Nelayan Tradisional yang jatuh pada tanggal 6 April 2021, Ketua Pentab berharap agar nasib nelayan tradisional dapat diperhatikan.
Disebut Zulkifli, peran serta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batu Bara sangat dibutuhkan, terutama untuk mengatasi nelayan yang menggunakan alat tangkap yang merusak terumbu karang.
“Pemkab Batu Bara harus serius membatasi beroperasinya pukat trawl, tarik, sondong, yang sangat merusak terumbu karang, pinta Zulkifli.
Pengaturan zona tangkap bagi nelayan modern harus diterapkan dan diawasi, agar tidak terjadi konflik horizontal antara nelayan di Batu Bara, tegas Ketua Pentab.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ketua Pentab Desa Kuala Indah, Mhd Arif, nelayan tradisional yang ada di Kuala Indah sangat menurun hasil tangkapannya.
Saat pasang besar para nelayan pukat tarik beroperasi tidak jauh dari bibir pantai, “sudah bisa dipastikan banyak terumbu karang yang hancur di garuk oleh pukat tarik, trawl,” ungkap Arif dengan nada serius.
[embedyt] https://www.youtube.com/embed?listType=playlist&list=UUkDG6fUBeHFdkPSVpiEgJqQ&layout=gallery[/embedyt]Arif juga berharap agar Pemkab Batu Bara memberikan solusi untuk meningkatkan perekonomian nelayan tradisional. “Dimasa pandemi covid – 19, kehidupan nelayan tradisional, khusus di Desa Kuala Indah semakin terpuruk,” tambahnya.
Para nelayan butuh bantuan modal, untuk usaha tambahan, agar tidak semata – mata mengharapkan penghasilan menangkap ikan, dan hal ini harus serius ditanggapi oleh Pemkab Batu Bara, pungkas Arif. (arf)